Dropdown Menu inside a Navigation Bar

Click on the "Dropdown" link to see the dropdown menu.

Minggu, 19 Oktober 2014

HPS, Formalitas atau Diperlukan?


 ^
Manusia-manusia rakus selama HPS 2014 di SMP MYS

     Yoo kawan, gak kerasa kalau HPS (Hari Pangan Sedunia) udah kita rayain. Selain lomba cepet-cepetan jejelin pisang dan ubi sampai bermuntah ria. Kita juga udah lomba menata makanan, walau akhirnya malah jadi buang-buang makanan. Yah, rasa-rasanya ada yang kurang (ya kurang, wong gak nonton geh). Apa yang kurang? Apa hayooo?
     Sebenernya apa sih yang kurang? Gaje lho ya OSISnya nih, nanya-nanya hal yang aneh. Wong udah selesai kok jejelin pisangnya. Apalagi yang kurang? Kurang muntahnya? Ya kurang, kurang "meresapi makna sebenarnya dari Hari Pangan Sedunia". Jelas? Kita ngerayain HPS cuma karena disuruh OSIS ehh maksudnya cuma untuk memperingati HPS. Ya karena sekolah Katolik harus ikut serta merayakan HPS. Tapi kita tidak sadar, tidak mengerti arti sebenarnya dari adanya Hari Pangan Sedunia. Seharusnya dengan adanya HPS, kita sadar untuk:

1. Tidak Menyia-Nyiakan Makanan
     Yah, yang pertama tidak menyia-nyiakan makanan yang ada. Sering kali setelah kita makan walaupun masih sisa dan kenyang, kita bilang: "Makkkk, kenyaaaang! Udah ahh". Atau kalau punya nyali gede biar gak ditabok mama, nyelinep ala Sapiderman. Truss dengan bangga karena gak ketauan, dibuanglah makanan itu. Padahal teman! Menurut FAO pada Oktober 2013, 1 dari 8 manusia di dunia itu sebenarnya mengalami kelaparan kronis. Bayangin 1/8 kali 7 koma sekian miliar = Itung sendiri! Hahaha, jadi ada sekitar 815 juta orang yang lapar kronis. Bayangin yang laper bingit ada 815 juta orang = hampir 3 1/2 kali warga Indonesia tahun 2010 = hampir 78 kali warga Banten Juni 2013 = hampir 1211 warga Kota Serang Juni 2013. Ya, data yang mencengangkan dan itu masih yang lapar kronis. Belum yang agak laper banget, laper, dan sedikit laper kaya saya. Sementara kita asik tiap hari buang makanan. 815 juta warga dunia malah sangat butuh benda yang kita buang itu.

1+1. Menghargai Sesama
      Ya, dengan HPS kita diharapkan untuk menumbuhkan rasa kemanusiaan terhadap sesama dengan konteks (wuhh bahasanya itu lho) Pangan. Maksudnya apa min? Entah sayapun gak ngerti hahaha. Jadi maksudnya dengan HPS hendaknya kita lebih peduli dengan sesama yang membutuhkan pangan. Contoh sederhana saja, pernahkah terbayangkan memberi makan pada pengemis yang lewat didepan rumah? Jangan kita berpikiran, ahh itu mah mereka aja males kerja. Atau, ahhh mereka nanti keenakan, nanti malah bawa saudara, anak, sama keluarga besar mereka lagi. Lho, inilah cara berpikir salah, jangan selalu curiga dengan sesama, kalu kita ditipu itu urusan yang menipu kan? Yang penting kita sudah memberi dengan ihklas (lho malah bahas soal ihklas gak ihklas ya hahaha). Atau dalam skala besarnya kita menyumbang kepada panti asuhan terdekat untuk kebutuhan pangan mereka. Itu lebih dijamin tersampaikan kepada yang benar-benar malang. Kan gak ada panti asuhan palsu, iya nggak?

4/2+1. Sadar Akan Pangan Sebagai Kebutuhan Bangsa
     Kita sebagai warga Negara yang baek, atau seenggak-enggaknya mencoba jadi warga Negara baek lah… harus bisa mebela Negara (wush materi PKn kelas 9 nih, semoga Bu Agnes baca dan dapet nilai tambahan, yes!). Salah satunya adalah membela ketahanan pangan Negara. Jadi, kita yang berusaha baek ini (walau ada yang kurang ajar juga), seenggaknya berusaha mendukung pangan Nasional dengan cara:

1.      Makan Pangan dari Negara Sendiri
     Emangnya pangan Negara kita buruk? Enggak kan? (bukan enggak salah lagi lho ya!). Pangan Indonesia itu gak kalah lho dengan pangan Negara lain (bukan gak kalah banyak racunnya ya!). Pangan Indonesia itu berkualitas men! Kalau ada berita kalau beras merk blablabla asal Negara sendiri dioplos (kaya lagu aje). Atau makanan ini diapa-apain, digrepeh-grepeh pake apaan gitu. Kan cuma sedikit? Gak semua pangan Nasional kaya gitu kan? Lah kalo kaya gitu udah aja wafat berjamaah. Tapi pangan kita itu gak kaya gitu. Pangan kita (moga-moga) hampir 100% sehat, aman, dan berkualitas.

2.      Mendukung Petani Kita
     Para petani, baik petani padi, ubi dan pisang (jadi inget lomba haha), petani lainnya pun (bukan petani opium lho ya!) harus kita dukung. Baik didukung kerjanya, jaminan hidupnya, jaminan hasil kerjanya, dan segala tetek-bengek hidupnya. Lho kok harus? Ya iya harus, kalo gak ada mereka tewaslah kita gak ada pangan. Gak ada yang manen beras, gak ada yang bertani ikan, gak ada yang manen buah dan sayur, gak ada yang meres tete sapi lagi (maksudnya peternak sapi). Mereka juga manusia yang butuh kebutuhan baik yaitu: kebutuhan biologis (ya tau sendiri lah kebutuhan biologis apaan hehe), jaminan hidup, dll. Kita harus dukung semua itu. Caranya? Bisa dengan yang nomor satu tadi, bisa dengan langsung membantu baik dengan uang, dll kepada petani. Bisa dengan menyuarakan kepada pemerintah untuk membuat kebijakan pro-petani. Ini harus kita laksanakan!

3.      Dukung Juga Pemerintah
     Pemerintah harus didukung, jangan pas enak dipuji, pas gak enak dijatohin. Itu salah men! (Walau mimin juga) Kita harus dukung pemerintah dengan melaksanakan segala kebijakan yang baik tentang pangan. Dengan itu pemerintah aman, kita pun senang (bukan kita pun menderita ya!). Memang sulit, tapi kalo bukan kita siapa lagi? Kalo bukan sekarang, kapan lagi? Jangan kita berprasangka buruk soal pemerintah. Ya nanti kalo didukung malah korupsi lah, malah skandal lah sama cabe-cabean dll. Ingat gak semua pemerintah itu buruk. Mayoritas baik kok. Contohnya pak JokoWi, Bu Risma, Pak Ridwan, Pak Ahok, mereka tokoh luar biasa yang memajukan daerahnya.

4.      Dukung Pangan Dengan Metode Sendiri
     Selain cara-cara yang tadi mugi-mugi bermanpaat tadi, kita bisa melakukannya dengan cara sendiri. Bisa dengan ikut LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk Pangan, bisa dnegan mengkampanyekan pangan lewat mana saja (jangan lewat jalur belakang ya hehehe), bisa dengan membuat komunitas pro-pangan sendiri, bisa ngusulin ke OSIS tentang bagaimana pro-pangan di sekolah.
 
Dan terakhir:
Ikuti program Sabtu Sehat dengan baik (promo nih ye!) hahaha.  

     Yo, sekian dari saya. Ingat! HPS bukan formalitas, tapi harus dimaknai, diresapi, dan dilaksanakan. Jangan apatis, harus mau peduli dengan pangan kita. Jangan optimis pangan berantakan namun optimis bahwa pangan kita bisa mencukupi semua orang. ^_^

Penulis: k’tOS


Tidak ada komentar:

Posting Komentar